Makalah Fertilisasi pada Hewan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembuahan atau
fertilisasi adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel
bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya
melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus
(kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari
kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur
adalah haploid. Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi
itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk
maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar)
dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan,
dan sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan semua antofita, gametnya
tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi.
1.2 Rumusan masalah
Masalah yang ada
pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan fertilisasi ?
2. Bagaimana proses pembentukan spermatozoa ?
3. Bagaimana proses pembentukan ovum?
4. Bagaimana proses fertilisasi?
5. Bagaimana jenis-jenis fertilisasi?
6. Bagaimana fertilisasi in vitro?
7. Bagaimana variasi dalam reproduksi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
adalah :
- Untuk
mengetahui proses pembentukan spermatozoa
- Untuk
mengetahui proses pembentukan ovum.
- Untuk
mengetahui proses fertilisasi.
- Untuk
mengetahui jenis-jenis fertilisasi.
- Untuk
mengetahui fertilisasi in vitro.
- Untuk mengetahui variasi dalam reproduksi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pembuahan atau
fertilisasi adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel
bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya
melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus
(kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari
kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur
adalah haploid. Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi
itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk
maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar)
dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan,
dan sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan semua antofita, gametnya
tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi.
2.2 Proses pembentukan spermatozoa
Spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferi dalam testis. Proses
tersebut berlangsung mulai dari dinding tepi sampai ke lumen sel tubulus
seminiferus yang merupakan bagian dari perenkim testis selain lobulus.
Lobulus adalah kantong-kantong kecil yang pada umumnya berbentuk kerucut,
seperti buah salak. Ujung
medialnya lancip, sedang ujung lateralnya lebar dan merupakan, dasar dari
kerucut tersebut. Isi lobulus adalah tubulus seminiferi
yang panjang, berkelok-kelok memenuhi seluruh kerucut, pada muara
tabung seminiferus yang terdapat pada ujung medial dari kerucut
akan langsung berhubungan dengan rete testes. Dinding tubulus seminiferus
terdiri atas sel-sel membran basal, epithel benih, sel-sel penunjang dan sel
penghasil cairan testes.
Berikut merupakan tingkatan
perkembangan sel germa dalam tubulus seminiferus adalah sebagai benkut:
- Spermatogonium : ukurannya relatif kecil, bentuk agak oval, inti
terwarna kurang terang, terletak berderet di dekat atau melekat pada membran basalis.
- Spermiatosit I : ukuran paling besar, bentuk bulat, inti terwama kuat,
letak agak menjauh dari membran basalis.
- Spermatosit II : ukuran agak kecil bentuk bulat, letaknya menjauhi
membrane basalis. (mendekati lumen).
- Spermatid : ukuran kecil, benuk agak oval, warna inti kuat, kadangkadang
piknotis, letak di dekat lumen.
- Spermatozoid : spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda terdapat di dalam lumen.
Gambaran proses
pembentukan spermatozoa
2.3 Proses pembentukan ovum
Proses terjadinya oogenesis terjadi didalam ovarium dan akan dilanjutkan
didalam oviduct jika terjadi penetrasi spermatozoid. Dalam oogenesis, sel germa berkembang didalam
folikel-folikel telur, dengan tingkatan sebagai berikut:
- Folikel primodial, merupakan folikel utama yang sudah
terbentuk ketika lahir. Terdiri atas sebuah oosit yang dilapisi oleh
selapis sel epitel pipih. Oosit dalam folikel primordial
adalah sel bulat dengan garis tengah 25 pm. Intinya yang agak eksentris,
besar dan memiliki inti yang besar juga.
- Folikel
tumbuh terdiri dari Folikel primer: terdiri dari sebuah I yang dilapisi
oleh selapis set folikel (set grarfulose) berbentuk kubus. Antara oosit
dan sel-set granulose dipisahkan oleh zona pelucida.
- Folikel
skunder: terdiri dari sebuah oosit I yang dilapisi oleh beberapa lapis set
granulose.
- Folikel tersier: volume
stratum granulosum yang melapisi oosit I bertambah besar/ banyak. Terdapat
beberapa celah (antrum) diantara selsel granulose. Jaringan ikat stroma
yang terdapat diluar stratum granulose menyusun diri membentuk teca
interna dan externa.
- Folikel matang (de graaf):
berukuran paling besar, antrum menjadi sebuah rongga besar, berisi cairan
folikel (liquor foliculli). Oosit dikelilingi oleh sel granulose yang
disebut corona radiata, yang dihubungkan dengan sel-sel granulose tepi
oleh tangkai penghubung yang disebut kumulus ooforus.
Oosit
akan diovulasikan dari folikel de graaf dalam tahap metafase meiosis II. Jika
di dalam oviduk terjadi penetrasi, maka terjadi penuntasan meiosis II dan oosit
II berkembang menjadi zygote.
Gambar
ovarium dan perkembangan folikel di dalamnya.
2.4 Proses fertilisasi
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat
membuahi ovum di ampula tuba fallopii. Sebanyak 300 juta spermatozoa
diejakulasikan ke dalam saluran genital betina. Sekitar 1 juta yang dapat
berenang melalui serviks, ratusan yang dapat mencapai tuba fallopi dan hanya 1
yang dapat membuahi sel telur. Sel spermatozoa mempunyai rentang hidup sekitar
48 jam.
Sebelum membuahi sel telur, spermatozoa harus melewati tahap kapasitasi dan
reksi akrosom terlebih dahulu. Kapasitasi merupakan suatu masa penyesuaian di
dalam saluran reproduksi wanita, berlangsung sekitar 7 jam. Selama itu suatu
selubung glikoprotein dari plasma semen dibuang dari selaput plasma yang
membungkus daerah akrosom spermatozoa. Sedangkan reaksi akrosom terjadi setelah
penempelan spermatozoa ke zona pelusida. Reaksi tersebut membuat pelepasan
enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida yang terdapat pada
akrosom.
Oosit
(ovum) akan mencapai tuba satu jam lebih setelah diovulasikan. Ovum ini
dikelilingi oleh korona dari sel-sel kecil dan zona pelusida yang nantinya akan
menyaring sel spermatozoa yang ada sehingga hanya satu sel yang dapat menembus
ovum. Setelah spermatozoa menembus ovum, ia akan menggabungkan material intinya
dan menyimpan komplemen kromosom ganda yang lazim. Kromosomm ini mengandung
semua informasi genetic yang nantinya akan diturunkan kepada keturunannya.
Sel
telur yang telah dibuahi akan membentuk zigot yang terus membelah secara
mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32
sel disebut morula, di dalam morula terdapat rongga yang disebut blastosoel
yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopii, bentuk ini kemudian
disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit disebut trofoblas merupakan
dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon
tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio
(embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan
implantasi (perlekatan dengan dinding uterus).
Pada
hari ke-4 atau ke-5 sesudah ovulasi, blastosit sampai di rongga uterus, hormon
progesteron merangsang pertumbuhan uterus, dindingnya tebal, lunak, banyak
mengandung pembuluh darah, serta mengeluarkan sekret seperti air susu (uterin
milk) sebagai makanan embrio.
Enam
hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus (melakukan
implantasi) dan melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi
kehamilan dengan cara menstrimulasi produksi hormon estrogen dan progesteron
sehingga mencegah terjadinya menstruasi. Trofoblas kemudian menebal beberapa
lapis, permukaannya berjonjot dengan tujuan memperluas daerah penyerapan
makanan. Embrio telah kuat menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi.
Plasenta
atau ari-ari pada janin berbentuk seperti cakram dengn garis tengah 20 cm, dan
tebal 2,5 cm. Ukuran ini dicapai pada waktu bayi akan lahir tetapi pada waktu
hari 28 setelah fertilisasi, plasenta berukuran kurang dari 1 mm. Plasenta
berperan dalam pertukaran gas, makanan dan zat sisa antara ibu dan fetus. Pada
sistem hubungan plasenta, darah ibu tidak pernah berhubungan dengan darah
janin, meskipun begitu virus dan bakteri dapat melalui penghalang (barier)
berupa jaringan ikat dan masuk ke dalam darah janin.
2.5 Jenis-jenis fertilisasi
Fertilisasi mempunyai beberapa cara yang umum didapati
pada makhluk hidup, yaitu :
- Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik): gamet-gametnya dikeluarkan dari
dalam tubuhnya sebelum fertilisasi.
- Fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat): sperma dimasukkan ke dalam daerah reproduksi betina yang kemudian disusul dengan fertilisasi. Setelah pembuahan, telur itu membentuk membran fertilisasi untuk merintangi pemasukan sperma lebih lanjut. Kadang-kadang sperma itu diperlukan hanya untuk mengaktivasi telur.
2.6 Fertilisasi pada hewan
Pada hewan terdapat dua jenis fertilisasi, yaitu
fertilisasi ekstern dan fertilisasi internal. Fertilisasi eksternal (khas
pada hewan-hewan akuatik) merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh
hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya
pada ikan (pisces) dan amfibi (katak). Fertilisasi
internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat) merupakan
penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan betina. Hal ini
dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin
jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan
yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves
dan Mamalia.
Setelah fertilisasi
internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran keturunannya, yaitu
dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.
2.6.1. Ovipar (Bertelur)
Ovipar merupakan
embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh cangkang. Embrio
mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di dalam telur. Telur
dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu dierami hingga menetas menjadi anak.
Ovipar terjadi pada burung dan beberapa jenis reptil.
2.6.2 Vivipar (Beranak)
Vivipar merupakan
embrio yang berkembang dan mendapatkan makanan dari dalam uterus (rahim) induk
betina. Setelah anak siap untuk dilahirkan, anak akan dikeluarkan dari vagina
induk betinanya. Contoh hewan vivipar adalah kelompok mamalia (hewan yang
menyusui), misalnya kelinci dan kucing.
2.6.3. Ovovivipar (Bertelur dan
Beranak)
Ovovivipar merupakan
embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih tersimpan di
dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang
berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh
induknya dan anak akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan
ovovivipar adalah kelompok reptil (kadal)
2.6.4. Reproduksi Ikan ( pisces )
Ikan merupakan
kelompok hewan ovipar, ikan betina dan ikan jantan tidak memiliki alat kelamin
luar. Ikan betina tidak mengeluarkan telur yang bercangkang, namun mengeluarkan
ovum yang tidak akan berkembang lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma.
Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui
kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina mencari tempat yang rimbun olehtumbuhan
air atau diantara bebatuan di dalam air.
Bersamaan dengan itu,
ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar testis yang disalurkan melalui saluran
urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui kloaka,
sehingga terjadifertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal). Peristiwa ini
terus berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan air
atau pada celah-celah batu.
Telur-telur yang telah
dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini
akan menetas dalam waktu 24 – 40 jam. Anak ikan yang baru menetas akan mendapat
makanan pertamanya dari sisa kuning telurnya, yang tampak seperti gumpalan di
dalam perutnya yang masih jernih. Dari sedemikian banyaknya anak ikan, hanya
beberapa saja yang dapat bertahan hidup.
2.6.5.Reproduksi Amfibi (Amphibia)
Kelompok amfibi,
misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan katak betina
tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada
saat kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak
jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina.
Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang
dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya, ovum
katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong.
Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk.
Dekat pangkal oviduk pada katak betina
dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang disebut kantung telur (uterus).
Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduk nya berkelok-kelok dan
bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan
ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan
oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam vas deferens. Vas
deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas deferens sperma lalu
bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti
cairan kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi
kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur
bernapas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap.
Makanannya berupa
fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivora. Berudu awal
kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau insektivora (pemakan
serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru,
serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang digantikan
dengan anggota gerak depan.
Setelah 3 bulan sejak terjadi
fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi
sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air, sehingga paru-parunya
mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan dua organ, yaitu
insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan
ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak
selesai.
2.6.6. Reproduksi Reptil (Reptilia)
Kelompok reptil
seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya
terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil bersifat ovipar,
namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal.
Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun
makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil betina
menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk
menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma
bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu
epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di
hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang
dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat
kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang
dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina
yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk,
ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini
akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada
kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan
ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang
berlimpah.
Hewan reptil seperti
kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis buaya
melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke
daratan ketika meletakkan telurnya.
2.6.7. Reproduksi Burung (Aves)
Kelompok burung merupakan hewan ovipar.
Walaupun kelompok buruk tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap
terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan
kloaka.
Pada burung betina
hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna
dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong
penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi
uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang
berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan
berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum
yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju
kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh
materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas
apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan
embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur
dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup
matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam
sarang.
2.6.8. Reproduksi Mamalia (Mammalia)
Semua jenis mamalia,
misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan vivipar (kecuali Platypus).
Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga pembuahannya
bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan mengawini
mamalia betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam
liang alat kelamin betina (vagina).
2.6.9 Fertilisasi in
vitro
Fertilisasi in vitro merupakan suatu
metode untuk membuahkan suatu kehidupan baru dalam sebuah cawan petri.
Anak-anak yang dibuahkan melalui fertilisasi in vitro terkadang lebih dikenal sebagai
“bayi tabung”. Beberapa telur diambil dari ovarium perempuan setelah ia meminum
obat-obatan fertilitas yang mengakibatkan matangnya banyak telur sekaligus.
Sperma diambil dari laki-laki, biasanya melalui masturbasi. Telur
dan sperma akhirnya disatukan dalam sebuah cawan kaca, di mana pembuahan
terjadi dan kehidupan baru dibiarkan berkembang selama beberapa hari. Dalam
kasus yang paling sederhana, embrio-embrio kemudian ditransfer ke dalam rahim
ibu dengan harapan bahwa satu akan bertahan hidup dan berkembang hingga saat
persalinan.
2.6.10. Variasi dalam
reproduksi
Terdapat beberapa jenis variasi
reproduksi yang ada pada makhluk hidup. Antara lain :
- Metagenesis, yaitu, pergantian generasi hasil
reproduksi seksual dengan reproduksi aseksual.
- Hemafroditisme, merupakan kondisi bila satu
individu mempunyai dan dapat memproduksi sel kelamin jantan dan kelamin
betina. Hemafroditisme disebabkan
kegagalan differensiasi gonad.
- Partenogenesis, pada beberapa jenis insecta, telur dapat tumbuh
menjadi individu baru tanpa adanya peran dari pejantan.
- Paedogenesis, merupakan reproduksi yang terjadi
pada hewan muda yang belum dewasa secara seksual/pada fase larva. Seperti redia pada larva cacing fasciola hepatica yang dapat
menghasilkan redia dan serkaria secara paedogenesis. Generasi baru yang
terbentuk berasal dari sel somatik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembuahan atau
fertilisasi adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel
bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Peristiwa
fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat membuahi ovum
di ampula tuba fallopii. Sebanyak 300 juta spermatozoa diejakulasikan ke dalam
saluran genital betina. Pada hewan terdapat dua jenis fertilisasi, yaitu fertilisasi ekstern dan
fertilisasi internal. Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara
perkembangan embrio dan kelahiran keturunannya, yaitu dengan cara ovipar,
vivipar dan ovovivipar.
3.2 Saran
Kepada
para pembaca agar lebih mencari atau membaca lebih banyak lagi tentang
fertilisasi adri berbagai sumber sehingga memiliki wawasan yang luas tentang
fertilisasi
DAFTAR PUSTAKA
Suryo.1996. Genetika.Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek
Pendidkan Tenaga Guru.
Suryo.2003.Genetika Manusia.Yogyakarta.Gajah
Mada University Press
0 Response to "Makalah Fertilisasi pada Hewan"
Posting Komentar