Laporan Koasistensi Bakteriologi Pasteurella Multocida
LAPORAN KOASISTENSI BAKTERIOLOGI
“Pasteurella
Multocida”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bakeri adalah mikroba
prokariotik yang uniseluler dan berkembangbiak dengan cara pembelahan sel. Bakteri hidup secara
bebas, parasit, saprofit, sebagai patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan (Alimuddin, 2005). Istilah bakteri dari bahasa Yunani
dari kata ‘bekterion’ yang berarti tongkat atau batang dan umumnya tidak
berklorofil. Bakteri merupakan organisme yang mempunyai
penyebaran terluas di alam. Hal tersebut karena bakteri mampu hidup pada
berbagai habitat, baik dalam organisme hidup maupun benda mati. Bakteri yang
hidup pada mikroorganisme seperti pada saluran pernafasan atas sapi seperti
bakteri Pasteurella multocida.
Sejak ditemukannya bakteri Pasteurella multocida oleh Louis Pasteur
hingga
saat ini, mekanisme infeksi secara molekuler dan faktor virulensi belum
diketahui secara jelas (Rosilawati dkk., 2011). Spesies bakteri tersebut sangat
heterogen dalam menimbulkan infeksi
penyakit yang beragam pada berbagai jenis hewan dan manusia, secara umum
dinamakan pasteurellosis. Manifestasi klinis
infeksi P. Multocida pada hewan sangat bemacam-macam, seperti Haemorrhagic septicaemia (HS) atau Septicaemia epizootica (SE)
pada sapi dan kerbau (Rhimel and Roades, 1988). Bakteri ini merupakan bakteri
yang mampu bertahan hidup tanpa oksigen dan tetap berfungsi diberbagai kondisi
yang sering disebut dengan anaerobik fakultatif (SMIs, 2015).
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri pasteurella menyebabkan kerugian yang
besar karena dapat menyebabkan kematian. Selain itu, peternak harus menjual
ternaknya dibawah harga untuk dipotong termasuk diantaranya yang masih berguna
bagi peternakan untuk menghindari kerugian akibat kematian ternak (Setiawan dan
Sjamsudin, 1988).
1.2 Tujuan
1. Mampu mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Pasteurella multocida.
2. Mengetahui jenis media dan jenis pengujian untuk
uji deteksi bakteri Pasteurella multocida.
1.3 Manfaat
1. Dapat
mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Pasteurella multocida.
2. Dapat mengetahui jenis media dan jenis
pengujian untuk uji deteksi bakteri Pasteurella
multocida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasteurella
multocida
Pasteurella multocida adalah bakteri fakultatif anaerob
berbentuk kokobasil bersifat non-motil, berdiameter 0.3-1.0 μm dengan panjang 1.0-2.0 μm
(SMIs, 2015). Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang sensitif
terhadap penisilin dan dapat ditemukan tunggal, berpasangan, maupun berbentuk
rantai pendek. Pasteurella multocida tumbuh baik
pada 35-37oC
dengan koloni yang
terbentuk biasanya diskrit,
melingkar, cembung, tembus, dan butyraceous. Pasteurella multocida pada media agar darah berwarna
agak keabuan transparan, non-hemolisis, menghasilkan katalase dan
oksidase, tidak menghasilkan urease,
reaksi positif indol, serta uji Methyl-Red dan Vogue-Proskauer negatif. Selain
itu, bakteri ini dapat memfermentasi glukosa, sukrosa,dan manitol (OIE, 2015). Bakteri ini merupakan penyebab penyakit
Ngorok atau Septicemia Epizootika
(SE). Septicemia merupakan bentuk khusus dari pasteurelosis seperti halnya tifoid yang merupakan
bentuk khusus dari salmonelosis (Setiawan dan Sjamsudin, 1988).
Klasifikasi bakteri Pasteurella Multocida :
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Pasteurellales
Family : Pasteurellaceae
Genus : Pasteurella
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Pasteurellales
Family : Pasteurellaceae
Genus : Pasteurella
Spesies : Pasteurella multocida
2.2 Media Blood Agar
Media Blood Agar
merupakan media pertumbuhan bakteri yang dapat membedakan bakteri pathogen
berdasarkan efek exotoksin hemolitik bakteri pada sel darah merah. Agar darah
termasuk dalam media enrichment (diperkaya) dan media diferensial. Agar darah
diperkaya 5% darah kuda atau domba. Agar ini juga merupakan medium non-selektif untuk sebagian
besar bakteri Gram negatif yang mudah tumbuh dan bakteri Gram postitif. Media
agar darah dapat digunakan untuk kultur primer, yang berarti dapat digunakan
untuk menumbuhkan beberapa jenis bakteri dari sampel yang diambil. Media ini
pada dasarnya mengandung sumber protein
(misalnya: tripton),
protein kedelai olahan (mengandung karbohidrat
natural), NaCl, agar, dan 5%
darah (Hart and Shears, 1997).
Blood Agar membedakan bakteri hemolitik dan non-hemolitik
yaitu berdasarkan kemampuan mereka untuk melisiskan sel-sel darah merah.
Terdapat tiga jenis hemolisis yaitu beta hemolisis, alfa
hemolisis, dan gamma hemolisis. Beta hemolisis merupakan lisis lengkap sel
darah merah dan hemoglobin. Alfa hemolisis mengacu pada lisis parsial/lisis
sebagian dari sel darah merah dan hemoglobin. Hal ini menghasilkan perubahan
warna disekitar menjadi abu-abu kehijauan. Gamma hemolisis yaitu tidak terjadi
hemolisis dimana tidak ada perubahan warna dalam media (Baron, 1994).
2.3 Media MacConkey
MacConkey Agar Plate (MAC) adalah salah satu jenis media
padat yang digunakan untuk identifikasi mikroorganisme. MacConkey termasuk
dalam media selektif dan diferensial bagi mikroba. Jenis mikroba tertentu akan
membentuk koloni dengan ciri tertentu yang
khas apabila ditumbuhkan pada media ini (Harrison et al.,1999). MacConkey merupakan
media selektif untuk
isolasi dan identifikasi bakteri
gram negatif. Media
ini digunakan untuk
membedakan bakteri yang
memfermentasi laktosa dan yang tidak memfermentasi laktosa (Syrjanen et al., 2001).
Media ini mengadung laktosa, garam
empedu, dan neutral red sebagai
indikator warna. Media ini akan menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif dengan adanya garam empedu yang akan
membentuk kristal violet. Bakteri gram negatif yang tumbuh dapat dibedakan
dalam kemampuannya memfermentasikan laktosa. Koloni bakteri yang memfermentasikan
laktosa berwarna merah bata dan dapat dikelilingi oleh endapan garam empedu.
Endapan ini disebabkan oleh penguraian
laktosa menjadi asam yang akan bereaksi dengan garam empedu (Faden, 2001).
Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa biasanya
bersifat patogen. Golongan bakteri ini
tidak memperlihatkan perubahan pada media. Ini berarti warna koloninya sama
dengan warna media. Warna koloni dapat dilihat pada bagian koloni yang terpisah
(Syrjanen et al., 2001).
2.4 Media TSIA (Triple Sugar Iron)
Media
TSIA merupakan media diferensial
yang digunakan untuk identifikasi bakteri khususnya basil-enterik dengan
menggunakan prinsip fermentasi
karbohidrat dan produksi H2S. Gas dari hasil fermentasi karbohidrat
juga dapat dideteksi pada medium ini. Formulasi terbaru dari media TSI adalah
digunakannya phenol red sebagai pH indikator,
tripthon diganti dengan kombinasi bacto-pepton dan proteose -pepton, serta
adanya penambahan ekstrak yeast (Brooks
et al., 2007).
TSIA mengandung glukosa (0,1%), sukrosa (1%), dan laktosa
(1%). Zat-zat tersebut dituangkan ke dalam tabung reaksi sehingga menghasilkan
agar miring (slant) dan bagian
pangkal (butt) yang dalam dan
diinokulasikan dengan menusukkan bakteri
ke dalam bagian pangkal. Bila karbohidrat difermentasi dengan atau tanpa
produksi gas, pH akan turun yang kemudian mengakibatkan medium akan berubah
warna dari merah (warna asli) menjadi kuning. Organisme yang tidak
memfermentasi karbohidrat memproduksi alkalinisasi karena pengeluaran amin dari degenerasi asam amino.
Hal ini mengakibatkan pH meningkat dan
medium menjadi berwarna merah. Sodium tiosulfat yang terdapat pada medium
direduksi oleh beberapa bakteri menjadi
hidrogen sulfida (gas yang
tidak berwarna). Hidrogen
sulfida akan bereaksi
dengan ion ferri memproduksi iron sulfida, presipitat
hitam yang tidak larut (Brooks
et al., 2007).
Reaksi pada tabung pada bagian slant berwarna kuning
mengindikasikan bakteri memfermentasi laktosa dan/atau sukrosa, sedangkan jika
bagian bawah berwarna kuning mengindikasikan
sudah terjadi fermentasi dan
asam diproduksi. Pada bakteri
bakteri yang bersifat asam, dapat terdeteksi gas, dan tidak menghasilkan H2S,
bakteri dengan cepat memetabolisme glukosa, menghasilkan asam pada bagian slant
dan asam pada bagian butt dalam beberapa
jam (Brooks et al., 2007).
2.5 Media SIM (Sulfide Indole Motility)
Media SIM adalah media yang berbentuk semi solid. Media SIM
adalah media differensial untuk uji biokimia. Media ini bukan media pertumbuhan
melainkan media uji biokimia yang merupakan fermentasi yang dilakukan oleh
bakteri. Bakteri yang hidup pada media ini akan memfermentasi Indole (semacam
senyawa) yang terdapat dalam media (Benkirane and De Alwis, 2002). Media SIM
hampir sama dengan media TSI yaitu sama-sama merupakan media dalam tabung yang
berfungsi untuk pengujian biokimia. Hanya saja media SIM tidak dimiringkan pada
penyimpanannya. Hal ini disebabkan agar dapat melihat berapa panjang
pergerakkan bakteri dari atas sampai ke bawah. Pergerakan bakteri ke bawah
berbentuk seperti pohon cemara terbalik, dan pergerakkannya ke bawah selalu
meruncing (Setiawan dan Sjamsudin, 1988).
Komposisi media SIM yaitu Trypton 20 gram, Peptone6,1 gram.
Ferrous Ammonium Sulfat 0,2 gram, Sodium thiosulphate 0,2 gram, Agar 3,5 gram,
pH dari media ini adalah 7,3 ± 0,2 pada suhu 25oC (Benkirane and De
Alwis, 2002). Peptone pada media SIM merupakan sumber energi atau nutrisi begi
mikroorganisme berupa protein dan karbohidrat, sodium thiosulphate sebagai
sumber mineral dan energi bagi mikroorganisme, kandungan agar sebagai bahan
pemadat media dan tempat tumbuhnya mikroorganisme. Casein pepton berfungsi
untuk menghasilkan tripton yang nantinya akan membentuk indole dan sebagai
sumber karbon. Media SIM mengandung natrium thiosulfat, namun media ini boleh
dan atau harus diautoclave karena media ini merupakan media diferensial.
Kandungan Natrium thiosulphate tidak terlalu berpengaruh pada media ini (Farooq
et al., 2007).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Isolasi Pastereula Sp
Pengumpulan
sampel swab trakea sapi dilakukan di rumah potong hewan Oeba Kota Kupang.
Isolasi tahap awal dilakukan dengan menginokulasi spesimen menggunakan cotton
swab dan dilakukan swab pada trakea
sapi. Sampel yang telah didapatkan dimasukan
pada
tabung berisi NaCl fisiologis.
3.2 Pembuatan
Media (Media Blood Agar Plate (BAP))
- Aquades diukur sebanyak 80 ml dan dimasukkan kedalam botol media steril
- Media Agar ditimbang 3,2 gram dan dilarutkan ke dalam aquades 80 ml
- Dihomogenkan dan dipanaskan kedalam oven selama 1 menit
- Media dipanaskan dan disterilkan pada autoclave selama ± 15-20 menit dengan suhu 121°C
- Setelah dipanaskan, media didinginkan sampai ± 45oC, kemudian tambahkan darah segar domba dan dihomogenkan.
- Media dituang ke dalam cawan petri 20 ml / cawan dan biarkan sampai memadat
- Diinkubasikan dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 37 °C dan media diletakkan dengan posisi terbalik
3.3 Penanaman Bakteri pada Media Blood
Agar
- Meja kerja disterilkan dengan alkohol
- Nyalakan api bunsen dan pengerjaan dilakukan dengan melingkari tangan pada api bunsen
- Sampel yang diduga adalah bakteri Pasteurella multocida digoreskan dengan metode sinambung pada media Blood Agar dengan menggunakan ose (secara aseptis).
- Media kemudian diinkubasi selama ± 24 jam pada suhu 37°C, lalu diamati koloni bakteri yang tumbuh
- Koloni yang tumbuh dan menunjukan karakteristik koloni Pasteurella multocida, dilakukan pewarnaan gram untuk mengetahui sifat dan morfologi bakteri.
- Terhadap koloni yang menunjukan karakteristik, sifat serta morfologi Pasteurella multocida, dilakukan inokulasi pada media Blood Agar yang baru untuk memurnikan bakteri
- Inokulasi dilakukan dengan metode gores T kuadran untuk memperoleh koloni terpisah
- Inkubasi selama ± 24 jam pada suhu 37°C, lalu diamati kembali koloni bakteri yang tumbuh.
- Amati ciri yang ditunjukan dari koloni yang tumbuh serta sifat hemolisisnya
- Dilakukan konfirmasi dengan pewarnaan gram pada koloni yang menunjukan karakteristik P. multocida.
3.4 Pembuatan Media McConkey Agar
- Media MacConkey ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukan ke dalam botol steril
- Kemudian ditambahkan aquades 20 ml dan dihomogenkan
- Dihomogenkan dan dipanaskan kedalam oven selama 50 detik
- Media dipanaskan dan disterilkan pada autoclave selama ± 15-20 menit dengan suhu 121°C
- Setelah dipanaskan, media didinginkan sampai ± 45oC
- Media dituang ke dalam cawan petri 20 ml / cawan
- Diinkubasikan dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 37 °C
3.5 Pewarnaan
Gram
- NaCl diambil menggunakan ose dan diteteskan pada objeck glass 2 tetes
- Koloni bakteri yang terpisah diambil menggunakan ose dan dihomogenkan pada NaCl
- Kaca obyek kemudian dikeringkan (diangin-anginkan) diatas bunsen
- Teteskan krista violet dan dibiarkan selama 3 menit kemudian dicuci menggunakan aquades
- Teteskan lugol dan dibiarkan selama 1 menit kemudian dicuci menggunakan aquades
- Teteskan safranin dan dibiarkan selama 1 menit kemudian dicuci menggunakan aquades
- Diamati dibawah mikroskop.
3.6
Pembuatan
Media
TSIA
- Media TSIA ditimbang sebanyak 0,3 gram dan dimasukan ke dalam Botol media steril
- Kemudian ditambahkan aquades 5 ml dan dihomogenkan
- Dihomogenkan dan dipanaskan kedalam oven selama 50 detik
- Media dipanaskan dan disterilkan pada autoclave selama ± 15-20 menit dengan suhu 121°C
- Setelah dipanaskan, media didinginkan sampai ± 45oC
- Media dituang ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml
- Diamkan hingga memadat dan media siap digunakan
- Diinkubasikan dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 37 °C
3.7 Pembuatan Media SIM
- Media SIM ditimbang sebanyak 0,3 gram dan dimasukan ke dalam Botol media steril
- Kemudian ditambahkan aquades 10 ml dan dihomogenkan
- Dihomogenkan dan dipanaskan kedalam oven selama 50 detik
- Media dipanaskan dan disterilkan pada autoclave selama ± 15-20 menit dengan suhu 121°C
- Setelah dipanaskan, media didinginkan sampai ± 45oC
- Media dituang ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml
- Diamkan hingga memadat dan media siap digunakan
- Diinkubasikan dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 37 °C
3.8 Pengujian Gram menggunakan KOH 3%
- KOH 3% diteteskan pada objeck glass
- Koloni bakteri diambil menggunakan ose dan diletakkan pada objek glass, kemudian dihomogenkan
- KOH 3% yang telah dicampur koloni bakteri diangkat menggunakan ose untuk melihat ada tidaknya bentukan seperti benang yang tertarik.
3.7 Pengujian Katalase
- Diteteskan H2O2 sebanyak 2-3 tetes diatas gelas objek, ditambahkan koloni yang diambil dari BA menggunakan ossa dan dihomogenkan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Inokulasi
pada Media Blood Agar
Hasil inokulasi dan inkubasi dari
bakteri yang diduga Pasteurella
multocida menunjukan
hasil berupa koloni tidak
menghemolisis sel darah merah, koloni berbentuk
bulat dengan tepi rata, cembung, dan memilki warna koloni putih keabuan.
Koloni juga memiliki aroma yang khas layaknya aroma kencing tikus. Hasil tersebut sejalan dengan
pernyataan De Alwis (1993) menyatakan bahwa P.
multocida bersifat fakultatif anaerob dan
mampu tumbuh padamedia basal, tetapi pertumbuhannya akan lebih subur pada media
yang diperkaya dengan serummaupun darah. Pertumbuhan koloni pada mediaagar
darah tidak menghimolisis sel darah merah,koloni berbentuk bulat dengan tepi
rata, elevansicembung, warna koloni keabu-abuan, dengan diameter koloni 1–3 mm
dan ditandai dengan bau spesifik. Menurut (OIE, 2013)
menyatakan bahwa Pasteurella multocida
tidak menyebabkan hemolisis. Koloni bakteri Pasteurella multocida
(berwarna putih keabuan) yang tumbuh pada media Blood Agar Plate (BAP)
4.2.
Inokulasi
pada Media MacConkey
Berdasarkan
hasil inokulasi dan inkubasi, didapati hasil bahwa biakan yang diduga Pasteurella multocida tidak tumbuh pada media MacConkey. Hasil
ini sama
dengan pernyataan
Rimler and Rhoades (1989)
yang menyatakan bahwa Psateurella multocida
tidak tumbuh pada media MacConkey. Media agar MacConkey mempunyai keistimewaan yaitu memilah bakteri enterik gram negatif yang memfermentasi
laktosa, karena media ini mengandung laktosa, crystal violet dan bile
salt. Kristal
violet dan bile salt digabungkan dalam agar MacConkey untuk mencegah
pertumbuhan bakteri Gram-positif dan menyeleksi bakteri Gram negatif seperti
Pasteurella. Bakteri enterik
Gram-negatif dapat mentolerir bile salt karena membran luar empedu yang
resisten. Bakteri enterik
Gram-negatif yang tumbuh pada agar MacConkey
dibedakan karena kemampuannya
untuk memfermentasi laktosa. Bakteri gram negatif yang tumbuh pada agar
MacConkey namun tidak memfermentasi laktosa tampak tidak berwarna pada media
dan agar yang mengelilingi bakteri tetap relatif transparan
(Anonimus, 2017).
4.3 Pewarnaan Gram
Berdasarkan pewarnann
gram yang dilakukan, hasil yang didapatkan adalah bakteri berwarna merah muda
(pink) yang menunjukkan bakteri adalah gram negatif dan berbentuk coccobasil.
Pada pewarnaan Gram, bakteri Gram negatif terlihat berwarna pink hal ini
dikarenakan bakteri Gram negatif memiliki kandungan lipopolisakarida yang
tinggi pada dinding selnya sehingga saat dilakukan pewarnaan pada tahap decolorizing
menggunakan alkohol 95% lapisan lipopolisakarida menjadi tidak berwarna
dikarenakan pewarnaan pertama dengan larutan kristal violet melekat pada
lapisan lipopolisakarida dan pada saat dilakukan pewarnaan kedua dengan
safranin menghasilkan warna merah sehingga secara mikroskopis menandakan
bakteri tersebut adalah bakteri Gram negatif (Yuswananda, 2015).
4.4 Pengujian Gram menggunakan KOH 3%
Uji KOH merupakan uji
untuk penentuan gram positif dan gram negatif secara cepat. Hasil yang
didapatkan pada praktikum ini adalah adanya tarikan seperti benang yang
menunjukkan bakteri adalah gram negatif. Apabila tidak ada bentukan benang maka
bakteri tersebut adalah gram positif. Gram negatif (-) berlemak tebal dan
berdinding sel tipis yang berada di ruang periplasma. KOH akan menyerang lemak
(bilayer lipid) dan membuat sel gram negatif pecah. Pecahnya sel akan
melepaskan materi genetik (DNA) yang merupakan substansi melimpah di dalam sel
bakteri. Molekul DNA sangat panjang dan bersifat sticky strings (menyerupai lendir, getah atau dapat berarti
lengket) yang memberikan hasil seperti lendir saat diangkat dengan jarum
inokulum (Capuccino and Sherman, 2000).
4.5 Pengujian Katalase
Hasil uji katalase pada bakteri Pasteurella Multocida menunjukkan reaksi dengan terdapatnya gelembung. Gelembung tersebut adalah pembentukkan gas Oksigen (O2) sebagai hasil pemecahan H2O2 oleh enzim katalase yang diproduksi oleh bakteri. Pengujian ini sesuai dengan pernyataan Rimler and Rhoades (1989) yang menyatakan bahwa Pasteurella multocida, positif terhadap uji katalase. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri Pasteurella multocida memiliki enzim katalase (Freney et al., 1999).
4.6 Uji fermentasi karbohidrat (TSIA)
Hasil pengujian
menunjukkan terjadi perubahan warna pada bagian butt (dasar) dari warna merah menjadi kuning (acid) sedangkan pada bagian slant
(miring) tidak terjadi perubahan warna (warna tetap merah atau alkaline).
Bagian butt (dasar) menjadi warna
kuning (acid) dikarenakan Pasteurella multocida memfermentasi
glukosa dan bagian slant (miring)
tidak terjadi perubahan warna (warna tetap merah) dikarenakan Pasteurella multocida tidak dapat
memfermentasi laktosa (Gani, 2003). Hasil yang didapat sesuai dengan peryataan
Rimler and Rhoades (1989)
yang menyatakan bahwa Pasteurella multocida,
menfermentasikan glukosa namun jarang memfermentasikan laktosa.
4.7 Uji motilitas
Hasil
pengamanatan terhadap biakan menunjukan penyebaran yang berwarna putih seperti
akar hanya terdapat pada bekas tusukan inokulasi yang menandakan bakteri
bersifat non motil. Hasil ini sesuai dengan pernyataan dalam Standards Microbiology Investigations (2015) bahwa Pasteurella multocida bersifat non-motil
dan tidak mempunyai flagela.
4.8 Uji Indole
Uji indol digunakan
untuk mengetahui apakah kuman mempunyai enzim triptophanase sehingga kuman
tersebut mampu mengoksidasi asam amino triptophan membentuk indol. Adanya indol
dapat diketahui dengan penambahan reagen Kovac’s yang berisi paradimetil amino bensaldehid (Cowan,
2004). Hasil yang didapat
akan terbentunya
lapisan cincin berwarna merah pada biakan yang ditambahkan reagen Kovac’s. Hasil tersebut akan sesuai dengan peryataan
Rimler and Rhoades (1989)
yang menyatakan bahwa Pasteurella multocida,
positif terhadap tes Indole. Terbentuknya lapisan cincin berwarna merah pada
permukaan biakan menunjukan bahwa bakteri ini membentuk indol dari triptophan
sebagai sumber karbon (Cowan, 2004).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi yang telah
dilakukan menunjukan bahwa sampel yang diambil pada daerah nasofaring sapi di
RPH Oeba Kota Kupang merupakan bakteri Pasteurella multocida. Hal ini didapat berdasarkan hasil dimana pada media agar darah, bakteri berwarna agak keabuan dan transparan, tidak menghemolisa darah, Gram negatif,
katalase positif, non-motil, tidak tumbuh pada media MacConkay, dan memfermentasikan glukosa dan sukrosa pada media
TSIA sehingga berwarna kuning pada bagian butt (dasar).
DAFTAR
PUSTAKA
[OIE] World Organisation
for Animal Health. 2015. Fowl cholera. OIE
Terrestrial Manual. 239:1-10.
[OIE]. Office
International des Epizooties. 2008. Haemorragic
Septiceaemia. Manual of Diagnostic
Tests and Vaccines for Terrestrial Animals.
[OIE]. Office
International des Epizooties. 2013. Haemorragic
Septiceaemia. Manual of Diagnostic
Tests and Vaccines for Terrestrial Animals.
[SMIs] UK Standards for
Microbiology Investigation. 2015. Identification of Pasteurella spesies and
morphologically similar organism. Public
Health England. 3:-28.
Alimuddin. Ali. Mikrobiologi Dasar. Jilid I. Cet. 1;
Makassar: UNM Press, 2005.
Anonimus. 2017.
MacConkey Agar (MAC): Composition, preparation, uses and colony characteristics.http://microbeonline.com/macconkey-agar-mac-composition preparation uses-and-colony-characteristics/. Diakses
pada 8 November 2018 pukul 21.00
Wita.
Baron, E.J., Peterson, L.R. and Finegold, S.M. 1994. Bailey's & Scott's Diagnostic Microbiology,
9 ed. St. Louis: Mosby Year Book.
Benkirane, A. and De Alwis, M.C.L. 2002. Haemorrhagic
Septicaemia, It’s Significance, Prevention and Control in Asia. Vet
Med-Czech, 47(8): 234-240.
Brooks, G.F., Butel, J.S. and Morse, S.A. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick
& Adelberg, Ed, 23. Vol. 23. Jakarta: EGC;2007.
Cappuccino,J.G. and Sherman,N. 2000. Microbiology: A
Laboratory Manual. The Benjamin/Cummings Publishing Company,Inc.
California.
Cowan,S.T. 2004. Manual for the Identification
of Medical Fungi. Cambridge University Press. London
De Alwis,
M.C.L. 1993. Pasteurellosis in
Production Animals: A Review.
Australian Centre for
International Agricultural
Research. Canberra, Australia
Faden, H. 2001. The Microbiologic And Immunologic Basis
For Recurrent Otitis Media In Children. Eur
J Pediatr.160(7):407-13.
Farooq, U., Hussain, M., Irshad, H., Badar, N., Munir, R.
and Ali Q. 2007. Status Haemorrhagic Septicaemia Based On Epidemiology In
Pakistan. Pakistan J Vet. 27(2): 67-72.
Harrison, L.M., Morris, J.A. and Telford, D.R. 1999. The
Nasopharyngeal Bacterial Flora In Infancy: Effects Of Age, Gender, Season,
Viral Upper Respiratory Tract Infection and Sleeping Position. FEMS Immunol Med Microbiol
1999;25(1-2):19-28.
Hart, T.and Shears P. Atlas
Berwarna Mikrobiologi Kedokteran, 1 Ed. Jakarta: Hipokrates, 1997; 316.
Rimler, R.B. and Rhoades, K.R. 1988.Pasteurella
multocida: Pasteurellaand Pasteurellosis. Adlam, C. andRutter, J.M. Ed.
Academic Press,London.
Rosilawati, E.R., Ratnasari, H.E., Narumi, Suryanie, W.,
Tyasningsih, S. dan Chusniati. 2011. Mikrobiologi
Veteriner I. AUP Unair. Surabaya
Setiawan, E.D. dan Sjamsudin, A. 1988.Isolasi dan
identifikasi Pasteurella multocida
dari sapi Bali di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Balai Penelitian Penyakit Hewan, Jakarta.
Standards for
Microbiology Investigations. 2015. Identification of Pasterreula spescies.
Syrjanen, R.K., Kilpi, T.M., and Kaijalainen, T.H. 2001.
Nasopharyngeal Carriage Of Streptococcus Pneumoniae In Finnish Children Younger
Than 2 Years Old. J Infect Dis 2001;184(4):451-9.
0 Response to "Laporan Koasistensi Bakteriologi Pasteurella Multocida"
Posting Komentar